Advertisement
http://joko-blog.blogspot.com/2013/05/masalah-pendidikan-di-indonesia-semakin.htmlSeperti kehabisan kata bila membahas pendidikan di Indonesia. Kalau mengambil analogi "sebuah sungai yang tercemar mulai dari hulu hingga ke hilirnya", bayangkan bila di setiap titik yang dilewati aliran sungai itu ada pihak entah itu orang yang sengaja membuat pencemaran itu ataupun tidak sengaja  maka akan begitu "miris" menghadapi situasi yang demikian ada di depan mata kita saat ini. Sebagai seorang yang awam dalam hal pendidikan seperti saya, pertama kali yang bisa saya lakukan untuk mengukur keberhasilan pendidikan tentu saja dengan melihat hasil dari proses pendidikan itu. Dengan kata lain "produk dari pendidikan itu" adalah siswa/murid yang dihasilkannya.


      Coba sekarang perhatikan bagaimana perilaku serta tingkah dari sebagian besar siswa yang dapat kita jumpai di jalan-jalan, mall-mall, atau tempat-tempat umum lainnya. Disitu kita bisa mengambil kesimpulan walaupun tidak begitu akurat namun bisa memberikan penilaian awal seperti apa pendidikan yang ada di negara kita ini. Sekali lagi bukan tidak memungkiri bahwa ada siswa yang berprestasi, atau membanggakan kita, namun dari penglihatan selintas dan terbaca dipikiran saya adalah proses pendidikan yang berjalan saat ini seperti memendam masalah serius. Lantas, bagaimana caranya agar pendidikan di Indonesia bisa maju? bisa menjadi contoh bagi negara-negara lain?
     Menurut saya nih, yang bukan pakar pendidikan,.....sebelumnya mari kita urai terlebih dahulu unsur apa saja yang ada dalam dunia pendidikan itu?
     Pertama, input atau siswa yang menjadi subyek dari pendidikan itu. Dalam hal ini siswa yang memiliki "kemampuan dasar berpikir yang kurang", maka kemungkinan untuk mengejar ketertinggalan dari siswa yang rata-rata akan mengalami kesulitan. Apalagi untuk mengejar siswa yang "lebih". Sedangkan faktor terbesar pengaruhnya, yang menentukan "input" ini adalah keluarga dan lingkungan / masyarakat sekitarnya. Berarti ada kesenjangan dong untuk mengetahui lebih awal apakah nantinya "input" itu memiliki kemampuan rata-rata atau kurang? jawabnya memang benar. Cobalah untuk berjalan-jalan ke tempat yang infrastrukturnya kurang, perhatikan bagaimana kondisi masyarakat sekitar dan bandingkan dengan tempat yang infrastrukturnya lengkap. Contoh nyatanya adalah kondisi di Jakarta yang memiliki tenaga ahli kesehatan atau dokter yang jumlahnya cukup banyak maka masyarakat akan bisa mengetahui lebih awal apakah bayi yang dilahirkan yang selanjutnya menjadi "input" dari pendidikan memiliki kemampuan kurang atau rata-rata. Jadi apabila terdeteksi memiliki "kemampuan yang kurang" maka perlakuan yang diberikan terhadap "input" itu juga dibedakan dengan "input" yang memiliki kemampuan rata-rata atau lebih. Lantas bagaimana dengan daerah yang tidak memiliki tenaga kesehatan atau dokter yang cukup bahkan kurang?Itu berkaitan dengan policy dari pemerintah.        

 

                                                                        


3 komentar:

  1. Pretty section of content. I just stumbled
    upon your web site and in accession capital to assert that I get actually enjoyed account your blog posts.

    Any way I'll be subscribing to your feeds and even I achievement you access consistently fast.

    My homepage: best cheap web hosting :: mybookmarkingblog.com ::

    BalasHapus
  2. lama2 Indonesia maju juga. selama bukan masalah korupsi hmm :-/

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan komentar anda tapi jangan spam & anonym tq

 
Top